Episode Kamis
Kamis, 6 Oktober, adalah “jatah” kami kembali ke Sumbermiri. Kali
ini, aku memilih naik bis, sementara Nisa dan Lilik menggunakan
“tungganganku”. Aku ingin sampai di sana lebih dulu, sebab aku
berencana memberi tambahan les membaca-menulis untuk kelas 1 dan 2.
Jadi, aku janjian dengan Indah di pertigaan lampu merah Kertosono
sekitar jam 12.
Tak usah kuceritakan perjalananku kembali, karena jalan yang kami
lalui masih sama seperti Sabtu kemarin. Karena Indah memang sudah
sehari-harinya melalui jalanan “ajaib” ini, maka perjalanan kami
lebih cepat. Walaupun sempat mampir di tempat Indah mengajar dan ada
urusan sekitar 10 menit, kami tiba di rumah Indah sekitar 13.30,
masih cukup lama sampai jam 14.00. Tapi, Indah lupa memberitahu anak
kelas 1 dan 2 yang rencananya mendapat tambahan membaca dan menulis
itu…(hiyyyaa….ihiks…)
Tapi gak apa-apa juga, sebab aku jadi punya waktu untuk mempersiapkan
pelajaran IPS kelas 6 yang hari itu merupakan materi “terberat”
yang aku pegang. Hari ini, Agus (masnya Indah) bisa membantu kami
mengajar. Dia libur dari tempatnya bekerja.
Sedang menyiapkan materi, tiba-tiba datang Lilik dan Nisa dengan
motor vario. Subhaanallah, mereka berdua sanggup membawa 2 lembar
papan melamin (untuk white board) ukuran 80x120 cm dan satu lembar
ukuran 50x 100 cm..(entah bagaimana caranya mereka membawa
perlengkapan itu, dalam perjalanan sekitar 35 km dengan sepeda
motor…, well done sisters..)
Menjelang jam 14.00, kami ke Balai Desa, tikar-tikar kami hamparkan
dan anak-anak kami kelompokkan berdasarkan kelasnya masing-masing.
Ternyata, hari ini, kami “kehilangan” 3 anak: Rendi, Rio dan
Aldi. Tapi, kami menerima Sari (kelas 1) dan Santi (kelas 4) yang
belum masuk dalam daftar 23 anak di atas. Walaupun Mardi ada kuliah
di hari ini, dan Indra belum datang, kami tetap memulai kelas jam
14.00 siang.
KBM berlangsung normal. Normal di sini bukan berarti ketiadaan dari
“hingar-bingar”. Justru kami membuat proses KBM yang “berisik”.
Lilik mengajak anak-anak bernyanyi dan bermain. Aku bermain
tebak-tebakan. Indah praktek membuat panganan. Anak-anak ini adalah
anak-anak alam. Mereka terbiasa bermain di alam, maka sangat tidak
cocok pembelajaran “konvensional” diterapkan terhadap mereka.
Hari ini, kami “turun” dari Sumbermiri jam 17.30. Hari sudah
menjelang malam. Adzan Maghrib sayup-sayup terdengar saat perjalanan
kami separuh hutan. Akan tetapi, ada yang tak bisa digambarkan dengan
kata-kata…ada gejolak yang “aneh” di dalam dadaku. Sempat
kukatakan pada Nisa, “ Aku bahagia, senang banget hari ini.” (gak
tau deh Nisa denger ato nggak..)
Thanks ya Sister, uda mau memboncengku 2 putaran ke sumbermiri…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar