01 Oktober 2011
Jangan sampai terlambat!!! Itulah tekad pertama kami..Sudah dua kali
mengadakan acara di Sumbermiri, kami selalu terlambat…Anak-anak itu, sudah
menunggu lebih dulu kedatangan kami di Balai Desa, dan berteriak MAIL!! MAIL!!
Begitu melihat kelebat kami. Jadi, sabtu ini tidak boleh terlambat. Nisa
memboncengku dengan Vario silver. Sempet deg-degan juga, karena berbarengan dengan
jam pulang sekolah dan truk-truk serta bus-bus ke arah barat.
“Cek jam Mbak, biar tahu waktu tempuh kita.”
Kulirik jam tanganku…oke..12.35 di sekitar Denanyar…dan melajulah kami,
di panas terik itu, bersaing dengan mobil, bus dan truk ke arah Kertosono.
Jalan yang harus dilalui mulai Jombang sampai Kertosono menyenangkan.
Kendala hanya pada keberanian untuk “bertarung” dengan kendaraan-kendaraan
besar, yang sebenarnya tidak terbiasa aku dengan kondisi itu. Tapi, tetap harus
kukumpulkan keberanian, sebab inilah perjuangan. Semestinya Jombang-Kertosono
(kira-kira 17 km) dapat ditempuh dalam waktu setengah-tiga perempat jam, jika
semuanya normal
Setelah Kertosono dilalui, kamipun harus melalui jalan di kecamatan
Lengkong. Jalan Kertosono-Lengkong masih relatif baik dan Nisa bisa sampai
kecepatan 70-80km/jam melaluinya. Kami berlomba dengan angin, yang memang
akhir-akhir ini sangat kencang menderu-deru.
Bagaimana dengan Lilik? Lilik berangkat dengan bis, dari Jombang menuju
Kertosono. Dia turun di perempatan dekat pos polisi dan Indah siap menjemputnya
di sana. Setiap
pagi Lilik dan Indah disibukkan dengan mengajar TK. Lilik mengajar di Jombang.
Indah di Kertosono. Selesai mengajar itulah mereka siap untuk ke Sumbermiri.
Jadi, ibaratnya, Lilik nunut Indah pulang ke rumah. Sementara begitulah yang
harus kami jalani, sampai mimpi kami untuk mempunyai kendaraan operasional yang
lebih baik daya tampung maupun kondisinya dapat tercapai.
Melewati Lengkong dan pasarnya, mulailah “perjalanan” yang sesungguhnya
kami jalani. Jalan kampung yang berlubang-lubang, ditutupi dengan batu-batu,
itu harus dilalui lebih dari 2 kilometer. Mengeluh pun tak ada gunanya, sebab
lebih banyak orang-orang yang setiap hari melaluinya lebih daripada kami.
Mereka tak pernah berkeluh kesah.
Dari pasar Lengkong, kami melewati desa Jatipunggur, desa Sawahan, desa
Ngringin, desa Gempol, desa Ketandan, dan Bangle. Mulai Ketandan, jalanan yang
harus kami lalui adalah aspal yang sudah hancur lebur, bercampur bebatuan besar
dan kecil. Lepas Desa Banggle, kami memulai perjalanan menanjak dengan kondisi
jalan yang tidak jauh berbeda dengan perjalanan sebelumnya. Waktu tempuh dari
Lengkong ke Sumbermiri lebih lama daripada perjalanan Jombang-Kertosono.
Padahal Kertsono, Lengkong, Sumbermiri sama-sama di Kabupaten Nganjuk.
Sedangkan Jombang, adalah kabupaten di sebelah timurnya Nganjuk.
Dengan kondisi jalan yang semacam itu, aku belum punya keberanian untuk
“nyetir” motor, apalagi membonceng Nisa. Jadilah sabtu ini Nisa menjadi
“rider”. Dan Subhanalloh, kami berhasil “menaklukkan” medan ekstrim ini. (hmm…kira-kira Casey
Stoner bisa kecepatan berapa ya di jalanan kaya’ gini?).
Tiba di Sumbermiri, melewati SDN. Ngepung 1 jam di tanganku menunjukkan
13.53..Hampir saja jam 14.00. Agenda di Sumbermiri dimulai jam 14.00-17.00.
(berarti belum telat). Kami ke rumah Indah lebih dahulu. Sabtu ini rencananya
kami belumlah memulai pembelajaran, sebab harus mengumumkan jadwal belajar,
berikut jam dan hari belajarnya. Sampai di rumah Indah, Lilik sudah lebih dulu
tiba, setelah bertegur sapa sebentar dengan ortunya Indah, kami berangkat
menuju Balai Desa. Sementara ini, aula balai desa itu yang kami gunakan untuk
proses KBM.
Di sana
sudah menunggu beberapa anak, memanggil nama kami..” Bunda…”, “Mbak Nisa…”…Mbak
Lilik…” Kami senyum-senyum sambil menggelar tikar yang akan kami gunakan
sebagai alas duduk. (Bersabar ya anak-anak, sementara kita gelar tikar dulu).
Kami belum memiliki papan tulis, walaupun sudah ada spidol untuk white board,
tetap saja spidol itu hari ini *percum tak bergun*.
Setelah membuka pelajaran dengan doa, kami mulai menyampaikan jadwal pelajaran
sekaligus apa yang harus dibawa ketika belajar bersama MAIL. Intinya, belajar
bersama MAIL setiap Kamis dan Sabtu, jam 14.00-17.30. Satu mapel dijatah 1 jam
(60 menit) KBM. Dalam satu hari, ada 3 mapel, jam istirahat dan sholat ashar
berjamaah adalah 15.00-15.30.
Hari ini, kami juga
mendata anak-anak hebat itu, termasuk meminta mereka menuliskan cita-citanya. Ada 23 anak yang berkumpul di hari
pertama. Setelah mengajarkan doa belajar, kami kemudian sholat ashar berjamaah
di masjid desa satu-satunya. Hal ini mudah-mudahan menjadi pembiasaan baik bagi
mereka, sebab jarang sekali adzan berkumandang dari masjid ini, kecuali adzan
maghrib di bulan Romadhon. Untuk itulah kami berharap kebiasaan sholat
berjamaah di masjid dapat dimulai dari anak-anak hebat ini.
Selesai sholat, kami kembali
ke balai desa dan bermain tebak-tebakan berhadiah. Setelah itu, kami tutup
dengan mengingatkan mereka agar datang kembali di hari Kamis mendatang.
Petualangan bagiku dan Nisa
dimulai kembali. Karena Lilik tidak berkendaraan motor, maka Indah bertugas
untuk mengantar Lilik sampai Kertosono (ihiks...padahal dari Sumbermiri ke Kertosono
sekitar 16 km, dan setelah mengantar Lilik ke Kertosono, dia harus kembali ke
rumahnya dengan perjalanan sepanjang itu juga....maaf ya Indah, kami masih
harus membuatmu mondar-mandir di “jalan ajaib” itu..ihiks...).
Perjalanan menjelang senja itu
harus melalui jalur “berangkat” yang tanpa lampu, tapi tak berkendala karena
kami masih mendapatkan cahaya matahari. Kali ini masih Nisa yang menyetir,
sementara aku cukup menjadi penumpang setia. Alhamdulillah sampai juga di
Kertosono dan bertemu Lilik di pinggir jalan di Kertosono untuk mendapatkan bis
ke rumahnya...
Ya ALLAH...beri kami kekuatan
untuk menempuh ini semua, dengan ikhlas, dan tanpa berkeluh kesah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar