Sabtu,
29 Oktober, aku berangkat dari rumah sudah tergesa-gesa. Langit mulai
mendung. Sepeda motor yang kutunggu sejak jam 12 siang, datang lebih 15
menit dari rencana. Jadilah serba tergesa berangkat, karena masih harus
menjemput Lilik yang menunggu dekat masjid alun-alun.
Dua
jas hujan sudah kusiapkan begitu melihat langit benar-benar gelap. Dan
Setan? Tentu saja mulai menggoda sejenak agar aku tidak berangkat dan
meminta untuk menng-sms Lilik agar tidak berangkat saja..Tapi,
ooo..tidak bisa, aku tidak boleh kalah dengan bisikan-bisikan itu.
Dengan bergegas, aku berangkat, dan setan pun kalah.
Sampai
di perempatan Djoyo Asri, kulihat Lilik sudah menunggu di trotoar
pinggir jalan. Kuhentikan motorku di depannya. Baru saja Lilik naik di
boncengan, rintik air pun turun.. (Alhamdulillaah, akhirnya hujan di
Jombang, ini yang kutunggu berminggu-minggu ini). Aku tetap menyetir,
tapi…..kok, hujannya tambah deras.
“Mandek yo Lik (berhenti ya Lik), pake mantel…” kataku pada Lilik.
“Ya Bund, hujannya kaya gini, ntar basah semua..”
Kamipun
berhenti di depan kantor DEPAG Jombang dan segera menggunakan jas
hujan. Oleh karena perjalanan hujan deras, aku tidak mungkin menyetir,
karena pandanganku jelas akan terganggu. Jadilah Lilik yang menyetir di
tengah hujan yang cukup deras itu.
Ternyata,
jalan raya yang kami lalui, sudah banyak tergenang air di sana-sini.
Dengan mobil dan bis-bis yang melaju di samping kami, jadilah kami
“korban” cipratan genangan oleh mobil dan bis-bis itu. Basahlah kaos
kaki, sandal, dan segala hal yang ada dekat kaki..(he..he..he..). Di
daerah Bandar Kedung Mulyo, beberapa pohon tumbang, dan menghalangi
jalan. Bahkan ada warung pinggir jalan yang atap sengnya semrawut karena
terjangan angin yang datang bersama hujan. Beberapa tiang listrik, juga
mulai miring. Mengerikan..
Alhamdulillah
sampai juga di Kertosono, dan hujan mulai berkurang intensitasnya,
daaaaaannn...ajaib!!, begitu sampai Lengkong, ternyata disana tidak
hujan..(hadeehhh).
Dengan
masih menggunakan jas hujan, kami tetap melaju. Dan di Pasar Lengkong,
malah kering kerontang, benar-benar siang hari dengan matahari bersinar
terang…
Mengingat
perjalanan kami sebelumnya sudah diperlambat karena hujan, maka kami
tidak berniat berhenti untuk melepas jas hujan. BIarlah kami tetap pakai
sampai sumbermiri, tapiiiii…..akibatnya, kami jadi perhatian sepanjang
jalan (GeeR abiiiisss…). Lha, panas-panas kok pake jas hujan ya…
Sejak
Pasar Lengkong, aku menggantikan Lilik menyetir, tapi, waktu mulai
menaiki Bangle, dan jalan “ajaib” mendaki, Lilik kembali menjadi
ridernya sampai kami tiba di Sumbermiri…Terang dan cerah di sana!!
BBM
berjalan seperti biasa, hanya saja saat jam terakhir di mana aku
mengajar IPS kelas 3, aku dapat kejutan dari Rois. Dia mengeluarkan
sebuah mangga dari tasnya, ditunjukkanya padaku sambil tersenyum. “Wah,
mangga…., ini buat bunda ya Is?” tanyaku. Rois senyum-senyum…(ganteng
banget siy..)..”Is, mangganya ini buat bunda?”…”Iya Bund, buat bunda…,”
katanya. Diberikannya mangga itu padaku. “Waah, terima kasih ya Is…baik
banget siy kamu,” pujiku. “hehehe..,” Rois masih tersenyum.
“Cuma
satu? Buat bunda tok to ini?”, tanyaku. “Iya,” Rois mengangguk.
“…Asiiikk, yang laen gak boleh ngiri!!”, kataku sambil menunjukkan
mangga itu ke Lilik, Lilik tertawa sambil manyun (gimana caranya
ya…hehehe..)
Thank U Rois….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar